Terbaik dan Terburuk di 2019

“Could it be because it reminds us that we are alive, of our mortality, of our individual souls- which, after all, we are too afraid to surrender but yet make us feel more miserable than any other thing? But isn’t it also pain that often makes us most aware of self? It is a terrible thing to learn as a child that one is a being separate from the world, that no one and no thing hurts along with one’s burned tongues and skinned knees, that one’s aches and pains are all one’s own. Even more terrible, as we grow old, to learn that no person, no matter how beloved, can ever truly understand us. Our own selves make us most unhappy, and that’s why we’re so anxious to lose them, don’t you think?”
― Donna Tartt, The Secret History

Butte-Montmartre, Paris. Saya terbangun jam 2 dini hari oleh dingin yang tetiba menyelusup karena saya lalai mengenakan kaos kaki sebelum tidur. Tapi bagaimanapun bukan sekedar hawa dingin yang membuat saya terbangun. Sebelumnya saya memang tak bisa tidur nyenyak karena terbangunkan oleh mimpi-mimpi rambang yang saya tak ingat persis apa saja, campur aduk antara bayangan sosok samar, selebihnya sesuatu yang tak jelas namun sangat mengganggu dan membuat saya terbangun dalam kondisi lelah. Tidur yang jauh dari kata lelap tersebut, memang bukan satu malam itu saja, tapi melewati malam berminggu-minggu sebelumnya. Siklus tidur kacau dan tak biasa ini memang bersumber pada hal-hal yang menjadikan tahun 2019 sebagai salah satu tahun terberat yang pernah saya jalani. Namun, sebagaimana halnya tahun-tahun lain yang telah terlalui, tentu saja tak ada juga hal-hal baik yang terjadi. Merefleksikan apa yang telah saya jalani sepanjang tahun 2019, menjadikan tahun 2019 sebagai tahun teraneh dimana mimpi terbaik dan terburuk saya terjadi di saat bersamaan. Continue reading “Terbaik dan Terburuk di 2019”